2015
Menurut penelitian dari tim ilmuwan UCL Institute-Sustainable Resources,
sepertiga cadangan minyak, setengah cadangan gas, dan lebih dari 80
persen cadangan batubara dunia, secara global bahan bakar fosil ini
harus tetap terjaga atau berada dibawah tanah dan tidak digunakan
sebelum tahun 2050. Nilai ini untuk mengurangi pemanasan global, dimana
kenaikan suhu tetap dibawah target 2 derajat Celcius.
Penelitian ini didanai oleh UK Energy Research Centre, hasil analisis
diterbitkan dalam jurnal Nature edisi awal Januari 2015. Para ilmuwan
mengidentifikasi lokasi geografis dan batas cadangan bahan bakar fosil yang harus digunakan, serta menetapkan wilayah yang diperkirakan akan melewati batas suhu 2 derajat Celcius.
Cegah Kenaikan Suhu Global, Kurangi Bahan Bakar Fosil
Tujuan dari pertambangan batubara untuk mendapatkan mineral batubara
yang diperoleh dari bawah tanah. Batubara bernilai karena kandungan
energi, sehingga pada tahun 1880-an telah digunakan untuk menghasilkan
listrik, industri baja dan semen, mereka menggunakan batubara sebagai
bahan bakar untuk ekstraksi besi dan untuk produksi semen. Pertambangan
batubara telah berkembang selama beberapa tahun terakhir, awalnya berupa
penggalian terowongan, kemudian berubah menjadi penggalian terbuka.
Bahan bakar fosil batubara ditambang secara komersial lebih dari 50
negara, diperkirakan dunia telah menambang lebih dari 7036 juta ton
per-tahun selama 25 tahun terakhir. Pada tahun 2006, tercatat produksi
batubara coklat dan lignit di Jerman sekitar 194,4 juta ton dan China
100,6 juta ton. Sebagian besar produksi batubara digunakan di negara
asal, sekitar 16 persen dari produksi batubara keras telah diekspor.
Produksi batu bara dunia diperkirakan akan mencapai 7000 juta ton
per-tahun pada tahun 2030 atau mungkin akan menjadi 13000 juta ton
per-tahun.
Produksi batubara berkembang cepat di Asia, sementara Eropa telah
menurun. Negara-negara pertambangan batubara yang tercatat pada tahun
2009 menghasilkan jutaan ton antara lain Cina (3050 juta ton), Amerika
Serikat (973 juta ton), India (557 juta ton), Australia (409 juta ton),
Rusia (298 juta ton), Indonesia (252 juta ton), Afrika Selatan (250 juta
ton), Polandia (135 juta ton), Kazakhstan (101 juta ton), dan Kolombia
(75 juta ton).
Diperkirakan mayoritas cadangan batubara yang sangat besar berada di
Cina, sementara Rusia dan Amerika Serikat harus mengurangi penggunaan
lebih dari 260 ribu juta barel cadangan minyak di Timur Tengah. Nilai
ini setara dengan total cadangan minyak yang dimiliki oleh Arab Saudi,
dan Timur Tengah harus mempertahankan lebih dari 60 persen cadangan gas
didalam tanah. Sementara pengembangan sumber daya bahan bakar fosil Kutub
Utara dan setiap kenaikan minyak konvensional atau minyak berkualitas
rendah yang sulit diekstrak, juga ditemukan tidak konsisten dalam upaya
untuk mengurangi perubahan iklim.
Para ilmuwan pertama kali mengembangkan metode inovatif untuk
memperkirakan jumlah, lokasi dan sifat minyak dunia, gas dan cadangan
batubara. Kemudian menggunakan model penilaian yang terintegrasi untuk
mengeksplorasi bersama dengan sumber energi rendah karbon, deposit ini
harus digunakan hingga tahun 2050 untuk memenuhi kebutuhan energi dunia.
Menurut Dr Christophe McGlade dari UCL Institute, saat ini ilmuwan
memiliki bukti nyata yang menjelaskan berapa banyak deposit dan lokasi
bahan bakar fosil yang harus digunakan, sehingga bisa mempertahankan
suhu berada dibatas kenaikan 2 derajat Celcius.
Para pembuat kebijakan disetiap negara harus menyadari bahwa mereka
harus menggunakan bahan bakar fosil sesuai dengan komitmen yang
disetujui bersama. Jika negara-negara ini berusaha mengembangkan sumber
daya lokal, mereka harus menanyakan cadangan di tempat lain dan harus
meyakinkan bahwa deposit tidak digunakan agar jumlah karbon tidak
melampaui batas.
Profesor Paul Ekins dari UCL Institute mengatakan, perusahaan besar di
dunia tahun lalu telah menghabiskan lebih dari $670 miliar atau £430
miliar tahun untuk mengembangkan sumber daya baru bahan bakar fosil.
Mereka perlu memikirkan kembali anggaran yang cukup besar jika kebijakan
yang diterapkan untuk mendukung batas kenaikan suhu dunia 2 derajat
Celcius.
Investor di perusahaan penambang juga harus mempertanyakan anggaran
belanja, perhatian global yang lebih besar untuk kebijakan iklim. Dengan
kata lain perusahaan penambang bahan bakar fosil semakin berisiko bagi
investor dalam hal perhitungan keuntungan jangka panjang, dimasa
mendatang energi akan bergeser ke arah sumber energi rendah karbon.
Analisis ilmuwan menunjukkan hasil konsisten dengan berbagai pendekatan
pemodelan alternatif dari seluruh dunia dengan asumsi berbeda. Hasil
analisis ini bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut pergeseran
produksi bahan bakar fosil kumulatif dimasa mendatang, diantaranya
skenario yang mengarah ke berbagai suhu global jangka panjang yang
rata-rata meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar