Rabu, 18 Maret 2015

Sepertiga Bahan Bakar Fosil Dunia Jangan Digunakan Hingga 2050


2015
Menurut penelitian dari tim ilmuwan UCL Institute-Sustainable Resources, sepertiga cadangan minyak, setengah cadangan gas, dan lebih dari 80 persen cadangan batubara dunia, secara global bahan bakar fosil ini harus tetap terjaga atau berada dibawah tanah dan tidak digunakan sebelum tahun 2050. Nilai ini untuk mengurangi pemanasan global, dimana kenaikan suhu tetap dibawah target 2 derajat Celcius. 
Penelitian ini didanai oleh UK Energy Research Centre, hasil analisis diterbitkan dalam jurnal Nature edisi awal Januari 2015. Para ilmuwan mengidentifikasi lokasi geografis dan batas cadangan bahan bakar fosil yang harus digunakan, serta menetapkan wilayah yang diperkirakan akan melewati batas suhu 2 derajat Celcius.

Cegah Kenaikan Suhu Global, Kurangi Bahan Bakar Fosil

Tujuan dari pertambangan batubara untuk mendapatkan mineral batubara yang diperoleh dari bawah tanah. Batubara bernilai karena kandungan energi, sehingga pada tahun 1880-an telah digunakan untuk menghasilkan listrik, industri baja dan semen, mereka menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk ekstraksi besi dan untuk produksi semen. Pertambangan batubara telah berkembang selama beberapa tahun terakhir, awalnya berupa penggalian terowongan, kemudian berubah menjadi penggalian terbuka. 
Bahan bakar fosil batubara ditambang secara komersial lebih dari 50 negara, diperkirakan dunia telah menambang lebih dari 7036 juta ton per-tahun selama 25 tahun terakhir. Pada tahun 2006, tercatat produksi batubara coklat dan lignit di Jerman sekitar 194,4 juta ton dan China 100,6 juta ton. Sebagian besar produksi batubara digunakan di negara asal, sekitar 16 persen dari produksi batubara keras telah diekspor. Produksi batu bara dunia diperkirakan akan mencapai 7000 juta ton per-tahun pada tahun 2030  atau mungkin akan menjadi 13000 juta ton per-tahun.
Produksi batubara berkembang cepat di Asia, sementara Eropa telah menurun. Negara-negara pertambangan batubara yang tercatat pada tahun 2009 menghasilkan jutaan ton antara lain Cina (3050 juta ton), Amerika Serikat (973 juta ton), India (557 juta ton), Australia (409 juta ton), Rusia (298 juta ton), Indonesia (252 juta ton), Afrika Selatan (250 juta ton), Polandia (135 juta ton), Kazakhstan (101 juta ton), dan Kolombia (75 juta ton). 
Diperkirakan mayoritas cadangan batubara yang sangat besar berada di Cina, sementara Rusia dan Amerika Serikat harus mengurangi penggunaan lebih dari 260 ribu juta barel cadangan minyak di Timur Tengah. Nilai ini setara dengan total cadangan minyak yang dimiliki oleh Arab Saudi, dan Timur Tengah harus mempertahankan lebih dari 60 persen cadangan gas didalam tanah. Sementara pengembangan sumber daya bahan bakar fosil Kutub Utara dan setiap kenaikan minyak konvensional atau minyak berkualitas rendah yang sulit diekstrak, juga ditemukan tidak konsisten dalam upaya untuk mengurangi perubahan iklim. 
tambang batubara Wyoming, bahan bakar fosil
Para ilmuwan pertama kali mengembangkan metode inovatif untuk memperkirakan jumlah, lokasi dan sifat minyak dunia, gas dan cadangan  batubara. Kemudian menggunakan model penilaian yang terintegrasi untuk mengeksplorasi bersama dengan sumber energi rendah karbon, deposit ini harus digunakan hingga tahun 2050 untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Menurut Dr Christophe McGlade dari UCL Institute, saat ini ilmuwan memiliki bukti nyata yang menjelaskan berapa banyak deposit dan lokasi bahan bakar fosil yang harus digunakan, sehingga bisa mempertahankan suhu berada dibatas kenaikan 2 derajat Celcius.
Para pembuat kebijakan disetiap negara harus menyadari bahwa mereka harus menggunakan bahan bakar fosil sesuai dengan komitmen yang disetujui bersama. Jika negara-negara ini berusaha mengembangkan sumber daya lokal, mereka harus menanyakan cadangan di tempat lain dan harus meyakinkan bahwa deposit tidak digunakan agar jumlah karbon tidak melampaui batas.
Profesor Paul Ekins dari UCL Institute mengatakan, perusahaan besar di dunia tahun lalu telah menghabiskan lebih dari $670 miliar atau £430 miliar tahun untuk mengembangkan sumber daya baru bahan bakar fosil. Mereka perlu memikirkan kembali anggaran yang cukup besar jika kebijakan yang diterapkan untuk mendukung batas kenaikan suhu dunia 2 derajat Celcius.
Investor di perusahaan penambang juga harus mempertanyakan anggaran belanja, perhatian global yang lebih besar untuk kebijakan iklim. Dengan  kata lain perusahaan penambang bahan bakar fosil semakin berisiko bagi investor dalam hal perhitungan keuntungan jangka panjang, dimasa mendatang energi akan bergeser ke arah sumber energi rendah karbon.
Analisis ilmuwan menunjukkan hasil konsisten dengan berbagai pendekatan pemodelan alternatif dari seluruh dunia dengan asumsi berbeda. Hasil analisis ini bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut pergeseran produksi bahan bakar fosil kumulatif dimasa mendatang, diantaranya skenario yang mengarah ke berbagai suhu global jangka panjang yang rata-rata meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar